Judul Buku : Rantau 1 Muara
Penulis : Ahmad Fuadi
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia, Minang, Sunda,
Inggris, Arab
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Umum
Cetakan : Pertama
Tanggal Terbit : Mei 2013
Halaman : 411
Harga : Rp. 75.000
Kelebihan :
Buku ini mampu membuat pergolakan batin ketika
tragedi 11 September 01 terjadi, dimana Kakak angkat Alif, Garuda menjadi
korban dari pengeboman WTC.
Buku ini mengupas sepak terjang Alif dan awak media
dalam mengupas dinamika Jurnalis, sehingga bermanfaat bagi pembaca yang ingin
berkecimpung di dunia pers. Melihat kegigihan Alif dan teman-temannya
mendapatkan narasumber penting, hingga pengalamannya meliput kamar Jenazah
RSCM. Man Jadda Wajada!
Dan yang paling terpenting buku ini menyelipkan
mantra yang amat penting yang dapat mengubah pola pikir pembaca. Seperti mantra
yang terucap dalam buku ini, “Man Saara Ala Darbi Washala”, siapa yang berjalan
di jalannya akan sampai di tujuan. Buku ini mengajarkan kita untuk berani
mencari jati diri dalam mengambil sebuah keputusan yang akan berdampak ke
kehidupan kita selanjutnya. Di buku ini terselip beberapa pepatah arab,
contohnya fastabiqul khairat, berlomba-lomba menuju kebaikan (hal 28) yang dapat
memotivasi pembaca.
Kelemahan :
Kelemahannya yaitu penggunaan bahasa minang yang
tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, membuat imajinasi pembaca
terhambat akibat tidak memahami percakapan tersebut. Di dalam buku ini juga
tersirat mendiskreditkan pekerjaan seseorang, yakni penjual cokelat yang
diulang dalam beberapa bab.
Terlalu banyak percakapan yang kurang penting,
seperti contohnya di Bab Setan Merah yang kurang menarik dan bertele-tele.
Penulis tampaknya terlalu banyak memainkan kata-kata hingga maknanya yang
kental menjadi cair.
SINOPSIS :
Alif merasa berdiri di pucuk dunia. Bagaimana tidak? Dia telah
mengelilingi separuh dunia, tulisannya tersebar di banyak media, dan diwisuda
dengan nilai terbaik. Dia yakin perusahaan-perusahaan akan berlomba-lomba
merekrutnya.
Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi mencekik Indonesia dan negara bergolak di masa reformasi. Satu per satu, surat penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya goyah, bagaimana dia bisa menggapai impiannya?
Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di sebuah majalah terkenal. Di sana, hatinya tertambat pada seorang gadis yang dulu pernah dia curigai. Ke mana arah hubungan mereka? Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih beasiswa ke Washington DC, mendapatkan pekerjaan yang baik dan memiliki teman-teman baru di Amerika. Hidupnya berkecukupan dan tujuan ingin membantu adik-adik dan Amak pun tercapai.
Life is perfect, sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekatnya harus hilang? Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan ke mana dia akhirnya akan bermuara?
Mantra ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun perjalanan pencarian misi hidup Alif. Hidup hakikatnya adalah perantauan.
Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan tempat bermuara. Muara segala muara.
Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi mencekik Indonesia dan negara bergolak di masa reformasi. Satu per satu, surat penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya goyah, bagaimana dia bisa menggapai impiannya?
Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di sebuah majalah terkenal. Di sana, hatinya tertambat pada seorang gadis yang dulu pernah dia curigai. Ke mana arah hubungan mereka? Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih beasiswa ke Washington DC, mendapatkan pekerjaan yang baik dan memiliki teman-teman baru di Amerika. Hidupnya berkecukupan dan tujuan ingin membantu adik-adik dan Amak pun tercapai.
Life is perfect, sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekatnya harus hilang? Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Dari mana dia bermula dan ke mana dia akhirnya akan bermuara?
Mantra ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun perjalanan pencarian misi hidup Alif. Hidup hakikatnya adalah perantauan.
Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan tempat bermuara. Muara segala muara.
0 comments:
Post a Comment